Monday 31 December 2012

MI : Nelayan Aceh Pantang Ke Laut 26 Disember



Pengunjung memadati objek wisata tsunami Kapal PLTD Apung yang terdampar ke permukiman penduduk yang diterjang tsunami pada 26 Desember 2004 di Desa Punge Blang Cut, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh, Sel
 
Hukum Adat Laut Aceh menetapkan 26 Disember sebagai hari pantang ke laut bagi semua nelayan Aceh.


BANDA ACEH - Nelayan Aceh menetapkan 26 Desember pantang melaut. Hal itu sebagai bentuk peringatan dan solidaritas terhadap korban tsunami 26 Desember 2004.
 
Ketua Hukum Adat Laut Aceh atau Panglima Laut T Bustamam di Banda Aceh, Selasa (25/12), menegaskan 26 Desember dimanfaatkan untuk mengenang keluarga dan sahabat yang telah menjadi korban tsunami.
 
“Musibah bencana tsunami 26 Desember 2004 silam merupakan bencana dahsyat yang pernah dialami masyarakat Aceh, terutama masyarakat nelayan. Lebih dari 30 persen korban tsunami adalah masyarakat pesisir yang berprofesi sebagai nelayan,” ujar Bustamam.
 
Menurutnya, sebagian besar nelayan menjadi korban tsunami karena kurangnya pengetahuan mereka tentang tsunami.
 
“Jadi cukup banyak saudara kami yang meninggal, makanya kami memutuskan tanggal 26 Desember nelayan Aceh tidak melaut. Kami akan memilih untuk berdoa kepada saudara-saudara kami dan untuk menjaga silaturahmi,”Bustamam menambahkan.
 
Keputusan untuk tidak melaut bedasarkan hasil musyawarah besar yang dilakukan Panglima Laut Aceh bersama seluruh Panglima Laut Lhok, Kabupaten, dan Provinsi pada 2005. Ketetapan itu juga disahkan sebagai Hukum Adat Laut tentang hari pantang melaut Aceh.
 
Dalam hukum adat itu dijelaskan hari pantang melaut bagi warga Aceh, yaitu setiap Jumat, Hari Khanduri Laut (tiga hari), Hari Raya Idul Fitri (tiga hari), Hari Raya Idul Adha (tiga hari), Hari Kemerdekaan 17 Agustus (satu hari), dan Hari Peringatan Tsunami 26 Desember (satu hari).
 
“Tsunami 2004 harus menjadi pelajaran bagi semua pihak, khususnya penduduk pesisir laut, termasuk nelayan,”kata Bustamam.
 
Sementara itu, puncak peringatan delapan tahun tsunami oleh pemerintah Aceh dilaksanakan, Rabu (26/12), di Pelabuhan Krueng Raya, Aceh Besar. Peringatan itu diisi dengan zikir akbar dan ceramah agama.
 
Gubernur Aceh Zaini Abdullah hadir dalam acara tersebut dengan zikir akbar yang dipimpin oleh Teungku Jamaluddin Waly dan ceramah agama yang diisi oleh Faizal Ardiansyah, yang juga ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia wilayah Aceh.
 
Pameran Foto Tsunami
 
Peringatan tsunami juga diisi dengan pameran foto oleh seorang fotografer di Aceh, Bedu Saini. Ia memamerkan 34 foto, mulai dari detik-detik tsunami menerjang Banda Aceh, proses evakuasi korban tsunami, hingga masa tanggap darurat.
 
Pembukaan pameran tersebut akan dilaksanakan di Pelabuhan Krueng Raya, Aceh Besar, selanjutnya pada siang hari akan dipindahkan ke PLTD Apung di Punge, Banda Aceh. “Sementara itu, pada 27 sampai 30 Desember, pameran tersebut digelar di Museum Tsunami Banda Aceh,”kata Bedu.
 
Bedu merupakan salah satu fotografer yang berhasil merekam detik-detik tsunami di Aceh. Foto-fotonya saat itu menghiasi berbagai media di jagat raya. Ia kehilangan ibu dan anaknya akibat bencana tersebut. “Saat itu saya tinggal di Lambaro Skep, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh. Dua anak saya dan ibu saya meninggal saat musibah itu,” kata Bedu.
 
Bedu menyebutkan, pameran foto tunggal tentang tsunami tersebut tidak bertujuan untuk membangkitkan luka lama dan kesedihan masyarakat korban tsunami. Namun, diharapkan pemerintah dan warga Aceh belajar dari bencana tersebut ke depan.-SH News.co

No comments: